Oleh: Agustina Dewi
Namanya Hartatik, kami biasa memanggilnya bu Har. Sejak
pertama mengajar, beliau telah melewatkan lebih dari dasawarsa untuk
mengabdikan diri sebagai guru tidak tetap (GTT) di dua buah sekolah swasta.
Beliau mengambil spesialisasi mengajar mata pelajaran bahasa Jawa. Sebuah mata
pelajaran lokal yang sudah tidak banyak orang memahami dan menggunakan. Oleh
karena itu bu Har semakin bersemangat.
Sebagai GTT, status guru bu Har setiap saat bisa
digeser ketika pemerintah telah mengirim guru PNS di tempat bu Har mengajar. Bu
Har sangat menyadari hal tersebut. Tetapi karena cara beliau mengajar yang
memang baik dan disukai murid-muridnya, maka bu Har tetap dipertahankan di
sekolah tempat beliau mengajar saat ini.
Rejeki memang sudah ada yang mengatur. Bu Har
sangat percaya itu. Beliau berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya, dengan
penuh keyakinan meski saat ini gaji beliau kecil sebagai GTT, tetapi rejeki
yang lain sudah menanti untuk dijemput. Hal ini terbukti dengan bergulirnya
program sertifikasi guru. Bu Har lolos program ini dan mendapat tunjangan
sesuai bidang yang beliau ajarkan.
Selain itu, bu Har dan pak Tantok, suaminya
mendirikan usaha rumah tangga berdagang tahu kentaki. Yaitu tahu yang digoreng
dengan tepung, sehingga rasanya menjadi istimewa. Usaha ini terus berkembang,
sehingga saat ini bu Har telah menambah variasi produk dengan pisang goreng
kentaki dan ayam goreng kentaki. Dari satu outlet yang didirikan, kini bu Har
dan pak Tantok telah memiliki tiga outlet yang tersebar di wilayah Kota Wisata
Batu. Keramahan dan jaminan rasa serta kualitas menjadi modal utama bagi
pasangan ini. Karenanya pelanggan beliau banyak dan usahanya terus berkembang.
Dari usaha yang dijalankan, kini bu Har dan pak
Tantok telah memiliki rumah tinggal dan kendaraan bermotor. Beliau berdua juga
berkesempatan umrah ke tanah suci.
Tidak ada usahawan yang tidak pernah mengalami
masalah dalam menjalankan usahanya. Demikian halnya bu Har dan pak Tantok.
Salah satu masalah terberat yang pernah dialami adalah ketika bu Har terdeteksi
menderita kanker payudara. Berbagai terapi dijalani demi penyembuhan beliau,
sampai jalan terakhir bu Har harus menjalani pengangkatan salah satu payudara.
Syukurlah, setelah diangkat dan terus merawat diri, bu Har menjadi survivor kanker dan tetap sehat sampai
saat ini. Bu Har tetap aktif menjalankan aktivitas sebagai guru bersertifikat
dan juga aktif dalam beberapa organisasi, salah satunya sebagai ketua Wanita
Tamansiswa cabang Batu. Semua dijalankan agar hidup beliau menjadi bermanfaat
bagi lebih banyak orang.
Membaca kisah bu Har di atas, masihkah kita
berpikir PNS oriented? Sementara
banyak PNS yang pada perjalanannya hanya bekerja untuk mengejar uang semata.
Bahkan dengan kesadaran penuh melakukan berbagai malpraktek yang tidak
selayaknya. Wallahu ’alam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar