Sebagai manusi pembelajar dan setahun belakangan saya fokus
pada Multiple Intelligences, saya
memahami dan hasil tes (nggak resmi) saya adalah cukup rendah dalam kecerdasan
naturalis. Ini terbukti dengan selama bertahun-tahun hidup saya hampir tidak
pernah berhasil merawat tanaman, apalagi punya cita-cita memiliki hewan
piaraan. Mak jleb he he he.
Tetapi khusus untuk urusan Vertical Garden, saya berpikir terbuka bahwa Allah akan menolong
hamba-Nya yang punya tekad kuat untuk membantu kelangsungan hidup makhluk hidup
lain. Selain itu, saya tahu bahwa kecerdasan majemuk juga dapat berubah
peringkatnya. Bukan tidak mungkin kecerdasan naturalis saya akan meningkat
dengan keukeuh merawat Vertical Garden.
Maka saya belajar bahwa membuat wadah media untuk sebuah Vertical Garden ada beragam cara. Terlebih
botol-botol bekas yang kami manfaatkan bermacam-macam. Ketika bekerja dengan
peserta didik, kami biarkan mereka berkreasi dalam memotong wadah. Ada yang
diposisikan vertical, ada yang mendatar, ada yang lubangnya tunggal, ada pula
yang kanan kiri.
Media tanam yang kami gunakan adalah campuran tanah, pupuk
organik ‘jadi’ dan sekam bakar. Ketiganya dicampur dengan komposisi 1 : 1 : 1. Ini saya pelajari dari bapak guru Pendidikan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya,
campuran dimasukkan ke dalam wadah sampai hampir penuh. Lalu di bagian tengah,
anak-anak menanam bibit tumbuhan. Kami tidak pilih-pilih. Bibit cabai, kacang
panjang, kedelai, gambas, binahong sampai pepaya juga ditanam di media. Setelah
wadah seisinya siap, diikat pada rangka Vertical
Garden dengan menggunakan tali putih atau kawat kecil. Ritual ini diakhiri
dengan menyiram menggunakan sprayer kecil.
Namanya anak-anak, selesai dengan penyiraman tanaman, mereka akan lanjutkan
dengan menyiram temannya. Yahhh ... baiklah.
Ternyata, masih juga tidak semudah itu, saudara-saudara. Mengapa?
Tunggu edisi berikutnya.
menanam yg baik untuk menuai yg manfaat ya... lanjutkan!
BalasHapusThe one who plant will be the one who harvest, kira-kira bahasa sononya begitu :D
BalasHapus