Profesi tambahan saya sebagai guru,ternyata sama sekali tidak
menjamin saya akan bebas dari rasa nervous, bingung memulai dan tidak yakin
dengan segala ilmu yang telah saya pelajari selama pelatihan. Bahkan menjadi peraih nilai tertinggi di
kelas sayapun bukan jaminan saya tidak lupa dengan segala SOP.
Tetapi tanggung jawab tetap harus dikerjakan. Jadi
berangkatlah saya pada tanggal 1 Mei 2016 menuju rumah paling pojok barat daya
di segmen pertama. Saya mengenakan rompi, memasang ID resmi, membawa tas penuh
berisi perangkat perang dan bersepatu. Itu standar yang kami harus lakukan.
Tambahannya, dua bidadari saya ikut serta. Alasannya, ingin tahu bagaimana
sebuah sensus dikerjakan. Baca: bagaimana ibuku bekerja dalam sensus ini.
Rumah pertama, ukurannya cukup besar. Tetapi ternyata
penghuninya hanya seorang manula dan dirawat oleh orang yang menemui saya.
Tidak ada usaha di situ, jadi pertemuan berlangsung singkat dan kami bisa
segera pamit. Tetapi, belum 10 meter meninggalkan gerbang, saya teringat
sesuatu.
SAYA BELUM MEMASANG STIKER!
Itu masalah krusial, karena saya memilih tidak perlu
memutari ulang semua blok yang saya kerjakan. Jadi sekali jalan, beres.
So, satu rumah selesai. Berikutnya, sebuah toko. Kalau yang
ini, saya kenal semua penghuninya. Jadi dengan tangan terbuka saya disambut,
dijawab dan bahkan anak-anak dikasih kue. Rejeki anak solihah.
Rumah-rumah berikutnya? Masalah-masalah berikutnya?
Sabar ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar