Sebelumnya, saya menyebutkan pilihan untuk sekali jalan
langsung beres. For your information,
ada teman yang memilih nyensus dulu, stiker belakangan. Memang aman, tetapi
juga jadi muter dua kali. Itu masalah pilihan saja. Semua dengan plus dan minus
masing-masing.
So, saya mulai mendatangi satu demi satu rumah tetangga
saya. (Syukurlah, saya dapat tempat tugas di sekitar tempat tinggal saya saja.)
Yang kenal, menyambut saya dengan senang hati. Yang tidak kenal, macam-macam.
Kira-kira di rumah ke 20, sebuah rumah yang sering
berganti-ganti penghuni, saya dapat kejutan.
Saat datang ke sana, saya sendirian. Waktu juga sore-sore
segar. Matahari jam 5 sudah mulai jingga.
Saya menyapa seorang ibu yang sedang menyapu di halaman
rumah itu. Ketika melihat saya, beliau langsung bertampang panik.
“Maaf, mbak. Saya tidak punya uang. Sungguh.”
What? Dikira saya ini sales apa gitu? Atau petugas penarik
iuran apalah? He he he.
Tetapi ini sudah diwarning sama Inda saya. Jadi tetap pasang
senyum (walau dalam hati bilang OMG), ajak salaman, jelaskan maksud kita, tunjukkan
surat tugas dan buat sederhana. (yang terakhir ini versi saya, melihat beliau
nampaknya sudah cukup sepuh.)
Meski dari rumah itu hanya dapat nama, tetapi sukses lah.
Setidaknya saat saya pamit, beliau melepas saya dengan senyum. Walau ini
responden pertama yang su’udhon sama saya, tapi kan ya tetap responden. Harus
dihadapi.
Jadi mikir. Apa sih yang salah dengan penampakan saya?
Apa ada masalah dengan penampilan? Next ya.
Bagaimana menurut kalian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar