Rabu, 28 November 2012

Bu Har, antara bahasa Jawa dan Tahu Kentaki



Oleh: Agustina Dewi

Namanya Hartatik, kami biasa memanggilnya bu Har. Sejak pertama mengajar, beliau telah melewatkan lebih dari dasawarsa untuk mengabdikan diri sebagai guru tidak tetap (GTT) di dua buah sekolah swasta. Beliau mengambil spesialisasi mengajar mata pelajaran bahasa Jawa. Sebuah mata pelajaran lokal yang sudah tidak banyak orang memahami dan menggunakan. Oleh karena itu bu Har semakin bersemangat.
Sebagai GTT, status guru bu Har setiap saat bisa digeser ketika pemerintah telah mengirim guru PNS di tempat bu Har mengajar. Bu Har sangat menyadari hal tersebut. Tetapi karena cara beliau mengajar yang memang baik dan disukai murid-muridnya, maka bu Har tetap dipertahankan di sekolah tempat beliau mengajar saat ini.
Rejeki memang sudah ada yang mengatur. Bu Har sangat percaya itu. Beliau berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya, dengan penuh keyakinan meski saat ini gaji beliau kecil sebagai GTT, tetapi rejeki yang lain sudah menanti untuk dijemput. Hal ini terbukti dengan bergulirnya program sertifikasi guru. Bu Har lolos program ini dan mendapat tunjangan sesuai bidang yang beliau ajarkan.
Selain itu, bu Har dan pak Tantok, suaminya mendirikan usaha rumah tangga berdagang tahu kentaki. Yaitu tahu yang digoreng dengan tepung, sehingga rasanya menjadi istimewa. Usaha ini terus berkembang, sehingga saat ini bu Har telah menambah variasi produk dengan pisang goreng kentaki dan ayam goreng kentaki. Dari satu outlet yang didirikan, kini bu Har dan pak Tantok telah memiliki tiga outlet yang tersebar di wilayah Kota Wisata Batu. Keramahan dan jaminan rasa serta kualitas menjadi modal utama bagi pasangan ini. Karenanya pelanggan beliau banyak dan usahanya terus berkembang.
Dari usaha yang dijalankan, kini bu Har dan pak Tantok telah memiliki rumah tinggal dan kendaraan bermotor. Beliau berdua juga berkesempatan umrah ke tanah suci.
Tidak ada usahawan yang tidak pernah mengalami masalah dalam menjalankan usahanya. Demikian halnya bu Har dan pak Tantok. Salah satu masalah terberat yang pernah dialami adalah ketika bu Har terdeteksi menderita kanker payudara. Berbagai terapi dijalani demi penyembuhan beliau, sampai jalan terakhir bu Har harus menjalani pengangkatan salah satu payudara. Syukurlah, setelah diangkat dan terus merawat diri, bu Har menjadi survivor kanker dan tetap sehat sampai saat ini. Bu Har tetap aktif menjalankan aktivitas sebagai guru bersertifikat dan juga aktif dalam beberapa organisasi, salah satunya sebagai ketua Wanita Tamansiswa cabang Batu. Semua dijalankan agar hidup beliau menjadi bermanfaat bagi lebih banyak orang.
Membaca kisah bu Har di atas, masihkah kita berpikir PNS oriented? Sementara banyak PNS yang pada perjalanannya hanya bekerja untuk mengejar uang semata. Bahkan dengan kesadaran penuh melakukan berbagai malpraktek yang tidak selayaknya. Wallahu ’alam bis showab. 

Sabtu, 17 November 2012

REFLEKSI TAHUN BARU

Tahun baru Islam di tempat saya selalu jauh dari hingar bingar. Bahkan banyak orang tidak tahu sejarah apalagi makna dari tahun baru 1 Muharam itu.
Saya mencoba memaknainya sebagai renungan untuk diri saya sendiri.
Tahun baru Islam menandai hijrahnya Nabi. Maka saya juga hijrah dari perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya saya lakukan. Dari kata-kata yang mungkin menyakitkan. Dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak perlu saya lakukan. Fokus hanya mengerjakan hal-hal yang memang harus saya lakukan. Terjemah sederhananya, berhenti melakukan hal yang tidak penting. Lakukan hal yang tidak perlu, seperlunya saja.  :)