Minggu, 26 Maret 2023

Wahai Guru, Keluarlah dari Zona Nyaman

Siswa berkarya perkostuman. Kenapa tidak?

Perjalanan sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) telah mencapai 60-an persen alias sudah nyampe di modul 2 tentang Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Kepada Murid. Dalam modul ini, ada 3 sub modul, yaitu modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi, modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosi, serta modul 2.3 Coaching. Judul-judul ini saya ringkes, ya. Aslinya lebih panjang dari ini. 
Hari ini, saya akan menuliskan sebuah refleksi agar apapun kesan dan rasa yang saya dapatkan sejauh ini tercatat. Tahu sendiri lah, lewat dikit biasanya juga hilang. Semoga kebermanfaatan dari pengalaman saya tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain.  

Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman Belajar

Seperti modul 1, sebelum masuk modul 2 kami juga melakukan pre test terlebih dahulu. Dari pre tes ini, sudah tercium aroma kalau kami akan banyak berkutat di kelas terutama berhubungan dengan pembelajarannya. Benar saja. Mulai dari pembelajaran berdiferensiasi, PSE, dan coaching, semua berhubungan erat dengan murid maupun rekan sejawat. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian upaya memfasilitasi berbagai karakteristik, gaya belajar, kecepatan belajar, dan kemampuan murid. Diferensiasi dapat diaplikasikan dalam konten, proses, maupun produk proses belajar. Saat mempelajari materi ini, saya merasa itu adalah hal baru. Namun setelah diulik, sebenarnya ini seringkali sudah diaplikasikan dalam pembelajaran sehari-hari. Sebagai contoh, ketika guru memberikan materi normal kepada kelas, kemudian untuk anak-anak yang kemampuannya lebih diberikan materi pengayaan, maka guru tersebut sudah menerapkan diferensiasi konten. Diferensiasi proses dilakukan salah satunya dengan memberikan fasilitasi belajar mandiri atau mejadi tutor sebaya bagi murid dengan kemampuan lebih, sedangkan murid dengan kemampuan kurang diberikan bantuan bila perlu. Diferensiasi produk dapat dilakukan dengan memberi kebebasan murid menghasilkan karya akhir sesuai minatnya. 

PSE meliputi serangkaian upaya memunculkan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada diri murid. Tentunya hal ini tidak akan bisa lepas dari keteladanan guru dan orang-orang dewasa di sekitarnya. Saat belajar materi ini, terasa sekali masih banyaknya kekurangan pada diri. Meskipun dalam pandangan murid maupun rekan, umumnya saya dianggap jenis orang yang penyabar, tidak mudah meledak, dan 'matang'. Itu semata karena Allah menutupi aib saya. Saya yakin tidak ada kata terlambat memulai sesuatu yang baik. Jadi tetaplah tenang, obyektif, dan fokus. Tarik nafas. Berhenti sejenak. Tak perlu grusa-grusu. Mindfulness menjadi way of life, senada sekali dengan isi bukunya Darmawan Aji yang merupakan salah satu koleksi perpustakaan di rumah. 

Coaching berfokus pada bagaimana seorang guru bisa menjadi mitra bagi orang lain, sosok pendengar aktif, sekaligus membantu memunculkan solusi bagi masalah yang dihadapi cochee. Percakapan coaching yang berlangsung dengan penuh keakraban dan atmosfir yang membangun dapat mempererat hubungan antara guru dengan murid maupun antara sesama guru. Situasi seperti ini dapat mengantarkan kemajuan bersama. Latihan coaching yang saya lakukan bersama rekan sesama CGP dan bersama murid memberikan saya pengetahuan baru bahwa ini adalah ilmu dan keterampilan yang akan semakin baik kualitasnya bila sering dilakukan. Saya pikir sudah mulai bisa mengarahkan coachee memunculkan ide-ide solutif, namun tetap saja memerlukan banyak pengetahuan dan latihan agar jam terbang bertambah dan semakin baik. Saya yakin, coaching dapat berguna dalam berbagai bidang. Semakin terampil coaching, kematangan diri dan kompetensi saya akan semakin baik. Jadi diriku, ayo terus berlatih. 

Secara umum, mempelajari modul 2 memberi saya ruang untuk merefleksi apa yang selama ini sudah saya kerjakan, bagian mana yang sudah baik, bagian mana yang memerlukan perbaikan, serta bagaimana manfaat ilmu, rasa, dan pengalaman ini bagi masa depan saya. 

Implementasi

Setelah belajar dan refleksi, pertanyaan besarnya adalah bagaimana mengaplikasikan ilmu yang saya dapat dari modul 2 ini dalam kehidupan di sekolah maupun di rumah, serta agar manfaatnya meluas?

Menurut saya, baik pembelajaran berdiferensiasi, PSE, maupun coaching dapat diaplikasikan di kelas, di sekolah, maupun di rumah. Memang saat baru belajar, materi itu terlihat di awan dan sulit. Namun setelah mengenang semester ganjil yang sudah berlalu, saya baru sadar bahwa ilmu dalam modul ini sudah teraplikasikan. Sebagai contoh, kelas kami merencanakan sebuah kegiatan kejutan untuk wali murid saat pembagian rapot semester ganjil. Setelah rapat kelas, disepakati kegiatan yang akan dilakukan adalah pameran karya daur ulang di ruang kelas. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi adalah murid bebas memilih jenis produk yang akan dibuat (diferensiasi produk), serta melaksanakan proyek tersebut individual atau berkelompok (diferensiasi proses). Implementasi PSE sekaligus coaching adalah percakapan saya dengan siswa, baik secara langsung maupun melalui chat WA untuk membantu mengenali potensi dan produk daur ulang yang bisa mereka buat. Meskipun keputusan akhir berada di tangan siswa, tetapi proses itu sendiri sangat membantu saya mengenal mereka dan mereka mengenal dirinya sendiri. 

Tantangan berikutnya adalah bagaimana agar manfaat ilmu ini meluas? Berdasarkan lingkaran pengaruh saya di sekolah ini, saya bisa memulai dari mempraktikkan pembelajaran yang berpihak kepada murid di kelas yang saya ajar, di perpustakaan dimana saya menjadi Kepala, serta pada lingkar pertemanan dekat dengan beberapa guru lain. Jelas dalam prosesnya saya membutuhkan waktu dan banyak energi, namun semoga bila semakin banyak yang memiliki kemampuan coaching, situasi kelas dan sekolah akan semakin nyaman untuk berkembang bersama. 

Ada Apa Antara Pembelajaran Berdiferensiasi, PSE, dan Coaching?

Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dan ilmu yang saya dapatkan sejauh ini menjawab dengan baik tujuan awal saya mengikuti PGP. Dulu saya menuliskan: "Sebagai guru, saya merasa masih banyak kekurangan. Mulai dari teknik mengajar yang masih terbatas, hingga kemampuan mengelola kelas dan emosi agar lebih nyaman berinteraksi dengan peserta didik. Saya banyak belajar dari berbagai media, namun jika ada support system yang bisa memfasilitasi, tentunya akan saya ambil. Saya berharap mendapatkan banyak hal baru dengan menjadi Guru Penggerak sehingga bisa menjadi guru yang lebih baik. Untuk mewujudkan motivasi tersebut, saya mendaftarkan diri di GP angkatan 7. Selanjutnya mengalokasikan waktu dan lain-lain agar dapat mengikuti rangkaian kegiatan dengan baik."

Bila sebelum ikut PGP saya mengajar berdasarkan intuisi dan sedikit ilmu dari berbagai media, sekarang saya tahu bahwa beberapa 'keanehan' saya di kelas sebenarnya ada dasarnya. Sebagian dari yang saya lakukan itu sudah pada jalur yang benar, sebagian yang lain masih memerlukan banyak sekali perbaikan. Ke depannya, saya berharap diri ini terus belajar dan berlatih, sehingga terus menjadi sosok guru yang lebih baik. Rangkaian Merdeka Belajar yang berkiblat pada ajaran Ki Hajar Dewantara, menjadi alur baru yang menantang sekaligus dapat dipelajari. Semoga membawa masa depan yang lebih baik bagi individu-individu yang saat ini berstatus murid saya. Dulu saya sudah pernah membaca buku "Pendidikan" tulisan Ki Hajar Dewantara, namun saya tidak sepenuhnya paham sekalipun saya berkecimpung di yayasan Tamansiswa. Mengikuti PGP memberi saya insight yang sangat aplikatif disertai support system yang hangat. Bila dulu sistem among hanya saya pandang sebagai sebuah slogan, sekarang saya memandangnnya sebagai panduan karena jelas dapat diaplikasikan pada berbagai bidang. 

Selain buku "Pendidikan" tulisan KHD, saya juga mendapatkan tambahan ilmu dari sumber lain, seperti "Mindful Life" karya Darmawan Aji dan "Teacher as a Coach" karya Pramudianto. Mindful Life memberi panduan ringan dan aplikatif terkait kehadiran sepenuhnya, sedangkan Teacher as a Coach memberikan banyak pandangan baru terkait bagaimana coaching dilakukan. 

Sebagai guru, memang seharusnya terus belajar dan berani mengambil tantangan-tantangan baru agar tidak terlena di zona nyaman. Bagaimanapun jaman terus berubah. Guru perlu terus selaras dengan alam, termasuk bila alam telah mengalami perkembangan teknologi dan ilmu. 

Tetap semangat, Para Guru di manapun berada. 

Guru Penggerak. Tergerak. Bergerak. Menggerakkan.