Senin, 30 November 2015

SUPER KUTU

(Cerpen ini pernah dimuat di tabloid Suara Pendidikan disertai hasil wawancara sebagai nara sumber penggunaan dongeng untuk pendidikan karakter anak)

Bobo adalah seekor kutu yang tinggal di perpustakaan keluarga tikus. Meskipun ia adalah seekor kutu, ia tidak memakan lembaran-lembaran kertas pada buku, yang mengakibatkan buku itu rusak. Bobo malah merawat semua buku dengan sangat baik. Sehingga semua orang dapat mengambil ilmu dari buku-buku itu. Keluarga tikus sangat sayang padanya. Mereka menyebut Bobo si Kutu Buku.
Saat liburan, keluarga tikus pergi ke luar kota selama dua hari. Bobo sendirian di rumah itu. Ia menjaga kebersihan dan kerapihan rumah itu. Bobo juga berusaha agar rumah itu aman dari gangguan.
Pada hari pertama liburan, teman-teman Bobo menelepon. Mereka akan datang berkunjung. Jumlah mereka sangat banyak, sehingga Bobo harus menyediakan banyak sekali makanan dan tempat yang luas. Ternyata, tempat paling luas di rumah itu adalah perpustakaan. Maka, mereka berkumpul di perpustakaan, dengan syarat tidak boleh berantakan saat makan. Teman-teman Bobo menyanggupi syarat itu. Mereka asyik mengobrol sambil makan kue-kue lezat buatan Bobo. Ketika melihat buku-buku yang rapi, maka mereka merasa tertarik untuk mengambil buku dan memakan lembaran kertasnya. Bobo menjadi marah.
“Kalian sudah berjanji untuk bersikap baik di sini. Jika kalian tidak mau bersikap baik, maka sebaiknya pertemuan kita ini selesai. Kalian boleh pulang. Terima kasih sudah menengokku.” Kata Bobo. Teman-temannya berdiskusi untuk membicarakan hal itu. Akhirnya, mereka mengerti dan meminta maaf. Pertemuan itu berlanjut dengan menyenangkan.
Pada hari kedua, Bobo mendengar bel pintu dibunyikan.
“Kriiingg”
Saat pintu dibuka, ternyata tidak ada siapapun. Bobo merasa heran. Jadi ia keluar untuk melihat halaman dan sekitar rumah. Saat itu, sekelompok tikus liar masuk rumah. Mereka langsung menuju ke perpustakaan. Mengetahui hal itu, Bobo langsung masuk rumah dan berusaha sekuat tenaga menyerang tikus-tikus itu. Meskipun ukuran tubuhnya jauh lebih kecil, tetapi Bobo menggunakan bermacam-macam alat bantu. Ia gunakan ketapel untuk menembakkan butir-butir kacang hijau ke kepala tikus-tikus itu. Mereka menjadi pusing. Ia juga memetik bunga yang baunya busuk, sehingga bisa membuat tikus-tikus itu hampir pingsan. Agar Bobo tidak ikut pingsan, ia menggunakan masker dan sarung tangan.
Lalu, Bobo menggunakan penyedot debu super kuat untuk menyedot tikus-tikus itu. Ternyata, yang ditarik oleh penyedot debu super adalah bulu-bulu pada tubuh tikus itu. Bobo merasa heran, karena setelah tanpa bulu, kulit tikus itu terbuat dari kertas. Penyedot debu super terus menyedot tubuh tikus. Maka, kertas pelapis itu juga tersedot. Akibatnya, tampaklah bahwa tikus liar itu sebenarnya adalah rangka dari kayu, yang dilapisi kertas dan ditempeli bulu-bulu. Di dalam rangka kayu itu, teman-teman Bobo sedang menggerakkan tikus tiruan.
Tepat pada saat itu, keluarga tikus tiba di rumah. Mereka melihat ada yang berusaha menyerang rumah mereka, tetapi Bobo berhasil mengalahkannya.
“Mulai sekarang, kamu bukan Bobo si Kutu Buku lagi. Tetapi kami akan memanggilmu Bobo si Super Kutu.” Kata papa Tikus sambil mengacungkan jempolnya.


~TAMAT~ Karya: Bunda Santi, Alya dan Inung

Senin, 23 November 2015

Keseimbangan Baru

Sebelumnya, saya juga tidak pernah tahu bahwa kaleng minuman bisa digunakan untuk bermain-main. tetapi setelah membaca sebuah buku tentang sains, dapatlah ide untuk memainkannya.
Caranya sederhana saja. Ikuti ya.

  1. Beli minuman kaleng, kecuali kamu punya toko sendiri  :D Tetapi pastikan dia layak diminum.
  2. Cobalah membuatnya berdiri miring seperti pada gambar. Berhasil?
  3. Sekarang buka minuman dan minum sampai tersisa sekitar sepertiga bagian.
  4. Sekarang coba kembali membuatnya bisa berdiri miring seperti pada gambar. Gambar di atas adalah hasil usaha putri saya yang masih kelas 1 SD.
Bagaimana kaleng penuh tidak bisa berdiri sedangkan kaleng yang isinya tinggal sebagian malah bisa?
Ternyata hal ini berhubungan dengan titik berat benda. 
Kaleng yang masih penuh titik beratnya berada di tengah, sehingga ketika diusahakan berdiri miring, ia tidak akan bisa.
Setelah sebagian isinya diminum, dalam kaleng ada tempat untuk menyeimbangkan permukaan air saat kaleng dimiringkan, sehingga titik berat benda berpindah dan kaleng dapat berdiri miring. 

Apa yang dilakukan putri saya hari ini memberi saya pelajaran baru. Bahwa kondisi sekitar dan hidup kita mungkin selalu berubah. Dinamis. Kita tidak bisa menghentikan perubahan-perubahan itu. Yang bisa dilakukan adalah mencari keseimbangan-keseimbangan baru. 

Jika penjelasan saya ada kekurangan, afwan. Mungkin ada teman-teman yang lebih mengerti, kita share yuks. 

Selasa, 03 November 2015

Telepon itu

Waktu itu, status saya masih calon menantu. Tentu saja sangat jarang sekali berkunjung ke rumah yang sekarang juga menjadi salah satu rumah saya. Lokasi rumah kedua ini letaknya sekitar 45 menit perjalanan naik motor dengan kecepatan normal dari rumah orang tua kandung saya.
Suatu hari, ketika sedang menghabiskan weekend di rumah orang tua, ada missed call dari nomor telepon rumah calon mertua. Ketika saya telepon balik, calon adik ipar yang mengangkat.
“Tadi nelepon ke HPku?” tanya saya.
“Enggak tuh. Ini aja aku baru masuk rumah. Bapak-Ibu ke luar kota.”
Nah lho. Lalu siapa yang membuat panggilan tadi?
Kejadian ini masih beberapa kali menjadi topik pembicaraan kami, bahkan setelah 10 tahun menjadi bagian dari keluarga itu.
Sampai sekarang, tetap tidak ada penjelasan logis. Yang ada hanya penejelasan bahwa tidak hanya keluarga kami tinggal dalam bangunan itu. Selagi keberadaannya tidak mengganggu, ya biarlah.
Toh, dengan panggilan tidak jelas waktu itu, saya jadi tahu bahwa calon adik ipar saya sendirian di rumah. Walau tidak bisa menemani, tetapi setidaknya bisa menyemangati dan mengingatkan agar dia berhati-hati.
Telepon itu sendiri, memang masih menggunakan telepon jadul. Tetapi masih berfungsi dengan baik dan menarik bagi para cucu. Sekarang kan tidak banyak ditemukan telepon yang tombol panggilnya berupa tombol putar. Suara yang dihasilkan masih jelas. Deringnya juga dijamin bisa membangunkan seisi rumah.
Meski usianya sudah uzur, tetapi telepon ini masih dipertahankan. Bukan karena tidak mampu membeli telepon modern. Tetapi sejarah telepon itu sendiri yang juga perlu dihargai. Jika memungkinkan, barangkali bisa dipertimbangkan memberinya sertifikat penghargaan. J