Senin, 22 Februari 2016

PINTU REJEKI

Pernah mengalami ketika keadaan begitu sulit, uang dalam dompet sudah sangat sedikit, junior sakit, ditambah perut melilit. Semoga belum pernah. Jikapun sudah, bersyukurlah karena ketika membaca catatan ini, bisa jadi kita telah lulus ujian itu. Tinggal menanti ujian-ujian yang lain. Yang bisa jadi lebih berat karena kita tentu diharapkan terus mengalami kenaikan kelas.
Hari ini, saya belajar tentang pintu rejeki. Ceritanya, adik saya memulai usaha berjualan produk makanan olahan daging ayam. Ternyata, membuka warung dengan hidangan yang tidak pasaran, terjaga mutu dan rasanya, lolos seleksi tim peninjau dari puskesmas serta harga terjangkau tidak menjamin pembeli akan banyak. Maka diperlukan langkah proaktif untuk memperluas pasar.
Nah, ternyata adik saya mendapatkan pasar-pasar baru dari orang-orang yang mengobrol dengannya sehari-hari. Misalnya nih, ada ibu-ibu yang ketemunya ketika belanja bareng di tukang sayur. Salah satu dari mereka cerita kalau kenal dengan salah satu ibu kantin di sekolah A. Maka datanglah tawaran nitip produk. Dari ibu yang lain, tawaran ke sekolah B. Yang lain lagi pesan untuk hidangan tahlil. Masih ada pula yang tanya apakah bisa disimpan lama dalam freezer.
Setelah satu tahun berjalan dan dia tetap survive, nampaknya dia hanya perlu tetap konsisten dan menjaga mutu produknya. Setelah stabil, mungkin dia harus mulai mengembangkan sayap dengan membuat versi beku yang bisa disimpan barang seminggu, atau malah produk-produk yang lain.
Darinya, saya belajar untuk tidak mudah menyerah. Pasti ada pintu rejeki yang dibukakan ketika kita terus berusaha, berdoa dan menjalin silaturahmi. Jangan sepelekan jaringan, jangan sepelekan teman-teman di sekitar kita. Bisa saja sebagian dari mereka adalah pembawa kunci pintu rejeki kita.
Bagaimana dengan teman-teman? Punya pengalaman serupa? Berbagi pengalaman yuk.

Next, saya akan kembali pada tema tentang anak-anak Dewan Ambalan saya. Banyak hal baru. Banyak perkembangan. Sampai ketemu.