Rabu, 19 Desember 2012

SANGGAR SENI TAMAN BUDAYA


Bantengan dan shuffle. Itu bentuk-bentuk tarian kaum muda yang banyak saya temukan di sekitar kota wisata Batu. Laki-laki maupun perempuan persentasenya kurang lebih sama. Sarana eksis? Kota Batu bahkan punya agenda Bantengan Nuswantara. Sebuah festival bantengan yang melibatkan pula tim-tim dari beberapa daerah lain. Suffle? Tentu saja bakal mudah ditemukan dalam pensi di berbagai sekolah. Tidak ada yang salah dengan itu semua.
Bagaimana dengan remo khas Batu? Topeng Malangan? Tarian-tarian halus yang lain? Saya bahkan mulai menemukan sekolah-sekolah yang tidak memiliki ekstrakurikuler menari. Wow. Padahal dalam berita sering saya temukan mahasiswa atau pelajar asing yang tekun belajar tari tradisional Indonesia. Saya tidak bangga dengan itu. Saya justru sedih karena tidak mendapati semangat yang sama pada murid-murid saya. Jangan sampai kita terlambat. Bayangkan bagaimana malunya kita bila suatu saat nanti kita harus ke Amsterdam untuk belajar tari Remo.
Dalam obrolan ringan dengan pembina tari di SMP Tamansiswa Batu, bertemulah dua kegelisahan. Jawaban dari kegelisahan itu adalah, kami mendirikan sanggar seni. Tepat di SMP Tamansiswa, Batu. Misi kami adalah bangga menari tradisional. Sehingga visi ke depan adalah satu tarian dalam setiap siswa. Agar lebih meriah, kami melengkapi sanggar ini dengan bagian lukis, menggambar dan handycraft.
Adapun jadwal kegiatan Taman Budaya bagian tari, terhitung mulai Januari 2013 adalah setiap hari Minggu, dengan alokasi waktu:
-          Taman Ceria {PG – TK – 1 SD}: 09.00 – 10.00
-          Taman Muda {4-5 SD}: 10.00 – 11.00
-          Taman Sari {6 SD - SMP –SMA}: 11.00 – 12.00
-          Taman Indria {2-3 SD}: 12.30 – 13.30
-          Taman Dewasa {Umum}: 13.30 – 14.30       (jadwal bisa dirubah jika diperlukan)
Jadwal kelas handycraft dan menggambar dapat dibicarakan dengan pengajar.  
Semoga langkah kecil ini bisa menjadi awal gerakan yang lebih besar untuk menjadikan budaya Indonesia tuan rumah di negeri sendiri.