Jumat, 21 Juni 2013

Bumerang Bernama Buku Tatib

Beberapa sekolah menerapkan buku bernama buku Tatib. Niatan awal memang untuk mendisiplinkan siswa. Banyaknya pelanggaran dan catatan pointnya akan menjadi salah satu pertimbangan perlakuan kepada siswa. Maksud saya, siswa dengan point pelanggaran melebihi sekian puluh, akan mendapat surat peringatan pertama. Jika terus menabung pelanggaran, SP2 turun. Jika masih berlanjut, bisa diskors. Setelah sekian ratus, akan dikembalikan kepada orang tua, dan sebagainya.
Jika peraturan ini diterapkan secara konsisten, mungkin tidak banyak masalah. Kenyataannya, surat peringatan itu tidak berpengaruh banyak pada siswa. Pada sekolah dengan siswa berkesadaran tinggi dan berorientasi masa depan, mereka akan keder mendapati punya point pelanggaran. mereka akan bangga jika point pelanggarannya nol. Tetapi jika siswa adalah sekelompok anak bengal, yang justru bangga dengan semakin banyaknya point pelanggaran, perlu dikaji ulang kegunaan buku ini. Terlebih jika sekolah termasuk sekolah dengan minim siswa. Bisa terjadi siswa dengan point ratusan tetap dipertahankan. Ini jelas melanggar peraturan itu sendiri. Yang terjadi pada siswa, mereka semakin menyepelekan guru dan tata tertib sekolah.
Jadi, sebelum memutuskan penggunaan buku catatan pelanggaran siswa, pikirkan kembali baik-buruknya. Lihat dulu kondisi siswa anda.
Saya sendiri berkeyakinan, catatan prestasi, setiap pencapaian dan peningkatan baiknya perilaku siswa akan lebih berguna bagi siswa itu. Reward akan lebih diingat siswa daripadan punishment.
Jadi, mau pilih yang mana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar