Rabu, 29 Juni 2016

SE 2016 SESI 7

Saat tiga minggu pertama sensus berlangsung, saya sedang sibuk-sibuknya di sekolah karena menjadi panitia Ujian Akhir Semester Genap alias Ujian Kenaikan Kelas. Saat yang sama, anak-anak les juga minta waktu ekstra untuk memaksimalkan ujian di sekolahnya masing-masing. Plus dapat order tulisan dan banyak tugas kuliah. Jadi seringkali saya baru bisa melakukan sensus sore sampai malam hari.
Masalahnya, sebagian besar warga kampung saya adalah karyawan, yang inginnya saat malam hari tidak diganggu. Jadi, tantangan untuk mengatur waktu sebaik-baiknya besar. 
Sensus malam, artinya ada yang ngajak cepat-cepat biar bisa segera melanjutkan istirahat. Ada pula yang berlama-lama ngajak ngobrol, disuguhi cemilan dan bahkan ada yang curhat segala.
Tetapi ada salah satu rumah yang memberi saya kejutan.
Saat saya ketuk pintu rumahnya, beliau bukakan pintu.
“Maaf, bapak, minta waktu sebenar. Saya petugas Sensus Ekonomi...”
“Tidak bisa!”
Langsung tuh pintu ditutup dan dikunci di depan muka saya. Hmmm... masih jam 7 malam. Orang sebelah yang sudah sepuh, pengusaha, dan punya dua pabrik saja mau menemui saya. Lah ini yang orangnya terkenal sebagai lelaki penunggu rumah malah banting pintu.
Yahh. Belum saatnya. Timing-nya tidak tepat. Atau carilah alasan lain untuk mendinginkan hati.
Yang jelas, besoknya saya sudah bisa tertawa. Akhirnya saya merasakan penolakan itu. Loh, jika mengingat tujuan awal saya mengajukan diri, pengalaman seperti ini sangat berharga.

Tentu kejutan tidak berhenti di situ. Apa kejutan yang lain? Tunggu ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar